Aksi Represif Polisi saat Demo Tolak RUU TNI: DPR Minta Gunakan Cara Humanis

Aksi represif aparat kepolisian saat mengawal demonstrasi penolakan revisi Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) menjadi sorotan publik. Tindakan represif tersebut mendapat banyak kecaman, terutama terkait insiden terlukanya belasan mahasiswa akibat kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah aparat saat demo beberapa hari sebelumnya.

Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah, menyoroti tindakan represif yang dilakukan aparat terhadap mahasiswa. Dia meminta agar aparat keamanan menggunakan pendekatan humanis dalam menghadapi massa yang sedang berunjuk rasa. Abdullah mengingatkan bahwa polisi memiliki tugas untuk melindungi masyarakat dan harus memberikan contoh yang baik kepada rakyat.

Selain itu, Abdullah juga menyampaikan bahwa mahasiswa yang menolak RUU TNI sedang menyuarakan aspirasi dan pendapat mereka, yang dilindungi oleh konstitusi negara. Dia mengimbau pimpinan Polri agar memberikan arahan yang tegas kepada jajarannya agar bisa melakukan pendekatan damai dalam mengamankan aksi unjuk rasa, sehingga demonstran bisa kooperatif.

Tindakan represif dianggap akan memperburuk kondisi keamanan dan hanya mencoreng institusi Polri dan aparat keamanan. Abdullah menekankan pentingnya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi mereka secara damai, tanpa aksi anarkis. Dia juga menyerukan agar mahasiswa menggunakan cara-cara damai dalam menyampaikan pendapat, untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban umum.

Aksi demo mahasiswa menolak pengesahan UU TNI berlangsung di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta pada Kamis, 20 Maret 2025. Demo tersebut dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap RUU TNI yang telah disahkan menjadi UU. Demonstrasi tersebut tidak hanya berlangsung di Jakarta, namun juga di beberapa daerah lainnya, dan sempat ricuh terutama ketika aparat mencoba membubarkan massa aksi tersebut, menyebabkan belasan mahasiswa terluka.

Selain mahasiswa, seorang driver ojek online (ojol) juga menjadi korban kekerasan aparat saat demo tersebut. Driver ojol tersebut dikira mahasiswa demo hingga mengalami luka di kepalanya. Kejadian tersebut viral di media sosial. Keselamatan dan keamanan seluruh pihak harus menjadi prioritas dalam setiap aksi unjuk rasa.

Source link

Exit mobile version