Presiden Prabowo Subianto memilih untuk tidak menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada dan malah melakukan kunjungan ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, memberikan pandangannya bahwa keputusan Presiden Prabowo ini adalah langkah diplomasi yang tepat dan strategis di tengah ketegangan antara Israel dan Iran. Menurut Eddy, keputusan tersebut menunjukkan konsistensi Indonesia dalam menolak penjajahan dan serangan terhadap kedaulatan negara lain. Keputusan Presiden Prabowo untuk hadir dalam St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 juga dianggap sebagai tonggak penting untuk menegaskan posisi strategis Indonesia di kancah global. Eddy percaya bahwa pertemuan antara Presiden Prabowo dan Vladimir Putin akan membahas respons kedua negara terhadap konflik Israel-Palestina serta langkah-langkah untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Alasan ketidakhadiran Presiden Prabowo dalam KTT G7 disebutkan bukan karena keberpihakan terhadap blok negara tertentu, tetapi karena benturan jadwal dengan undangan strategis lainnya seperti kunjungan ke Rusia dan Singapura. Pada KTT G7, negara-negara G7 menegaskan komitmennya terhadap perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, dengan menyatakan bahwa Iran adalah sumber utama ketidakstabilan dan teror di kawasan. Mereka juga menegaskan dukungan terhadap Israel dan menolak kepemilikan senjata nuklir oleh Iran selama ketegangan di Timur Tengah terus meningkat. Selain itu, kehadiran Presiden Prabowo dalam SPIEF 2025 juga dipandang sebagai langkah diplomasi ekonomi aktif Indonesia dalam menghadapi situasi global yang kompleks dan dinamis.