Kementerian Agama RI saat ini telah menerjemahkan Al-Quran ke dalam 26 bahasa daerah di Indonesia, termasuk Bahasa Gayo, Dayak, Banyumasan, Bali, Kaili, Melayu, Ambon, dan Toraja. Hal ini merupakan upaya Kemenag untuk mendekatkan Al-Quran dengan masyarakat Indonesia.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat, M Isom Yusqi mengatakan bahwa terdapat proses yang panjang dalam tahapan penerjemahan Al-Quran. Tahapan ini dimulai dengan identifikasi dan penjajakan di berbagai daerah untuk menentukan bahasa mana yang paling sesuai.
Proses selanjutnya melibatkan pembahasan dan rekomendasi bahasa-bahasa yang akan digunakan oleh para pimpinan terkait. Tahapan tersebut juga meliputi penetapan dan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU) serta perjanjian kerja sama dengan pihak daerah. Petunjuk teknis penerjemahan yang melibatkan tim penerjemah juga disiapkan, serta melibatkan proses validasi.
Setelah proses penerjemahan, dilakukan mastering Al-Qur’an dan uji publik. Proses selanjutnya adalah penerbitan Al-Qur’an terjemahan bahasa daerah secara terbatas untuk diuji oleh masyarakat. Selanjutnya, terjemahan tersebut dijalankan proses digitalisasi agar dapat diakses melalui berbagai platform seperti Android OS, iOS, Microsoft Word, dan e-pub audio.
Setelah proses digitalisasi selesai, dilakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh pihak pelaksana dan penyelenggara. Terjemah Al-Qur’an Bahasa Daerah ini kemudian diperkenalkan kepada publik. Tahapan tersebut menandai akhir dari proses penyusunan Terjemah Al-Qur’an Bahasa Daerah.
Saat ini, Terjemah Al-Qur’an Bahasa Daerah sudah tersedia bagi pengguna Android dan iOS dan dapat diunduh melalui Play Store maupun App Store. Setelah melewati serangkaian tahapan tersebut, produk unggulan Baliitbang Diklat Kemenag ini diperkenalkan kepada publik.
