update berita tentang prabowo subianto humanis,berani dan tegas
Berita  

Besar Potensi Keuangan Syariah di Indonesia

Besar Potensi Keuangan Syariah di Indonesia

Industri keuangan syariah di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Meskipun tingkat literasi dan inklusi masih rendah, total asetnya berada pada peringkat ke-7 secara global. Menurut Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, industri keuangan syariah masih memiliki potensi untuk tumbuh memenuhi kebutuhan pasar, baik dari konsumen retail maupun bisnis.

Indonesia memiliki potensi demand yang besar sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Selain itu, karakteristik keuangan syariah di Indonesia banyak menargetkan industri riil, terutama UMKM yang cukup besar. Terdapat 64,2 juta pelaku UMKM dengan potensi kebutuhan dana sekitar 1.605 triliun.

Secara keseluruhan, aset keuangan syariah di Indonesia telah mencapai Rp 2.450,55 triliun atau sekitar US$ 163,09 miliar hingga Juni 2023. Pertumbuhannya mencapai 13,37% (yoy) dengan market share sebesar 10,94% terhadap total keuangan nasional. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa sektor keuangan syariah memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Meskipun mengalami perlambatan akibat pandemi, industri perbankan syariah di Indonesia tetap tumbuh dengan baik. Pangsa pasar perbankan syariah tumbuh menjadi 7,31% dari total industri perbankan nasional. Terdapat 13 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, dan 171 BPRS yang berkontribusi dalam pertumbuhan ini.

Dalam sektor pasar modal syariah, pangsa pasar produk sukuk korporasi, sukuk negara, dan reksa dana syariah mencapai 12,7% hingga Agustus 2023. Sedangkan pangsa pasar saham syariah mencapai 56% dari seluruh saham yang tercatat di bursa efek Indonesia. Indonesia juga telah mendapatkan penghargaan The Best Islamic Capital Market yang diberikan oleh Global Islamic Financial Award (GIFA) selama 4 tahun berturut-turut sejak tahun 2019 hingga 2022.

Namun, industri keuangan syariah juga menghadapi tantangan. Berdasarkan survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2022, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah masih rendah. Untuk itu, diperlukan kolaborasi yang baik antar berbagai pihak untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah guna mencapai target literasi ekonomi dan keuangan syariah sebesar 50%.

Selain itu, terdapat tantangan lain seperti pangsa pasar yang masih rendah, terbatasnya literasi keuangan syariah, terbatasnya diferensiasi model bisnis atau produk keuangan syariah, perlu peningkatan penggunaan teknologi informasi, dan sumber daya manusia keuangan syariah yang belum optimal.

Dalam menghadapi tantangan ini, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi contoh keunggulan dalam keuangan syariah sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar. Pemerintah terus mendorong ekosistem keuangan yang kuat dan terdiversifikasi yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah.