Berita  

Ironi Medali Emas: Suara Kritis Atlet di Kota Pahlawan

Surabaya – Di balik gemerlap medali emas yang mengharumkan nama daerah, tersembunyi sebuah ironi yang menusuk rasa keadilan. Ketika sebagian atlet dielu-elukan bak pahlawan dengan bonus dan seremoni megah, sebagian lainnya harus berjuang dalam sunyi, bahkan menanggung sendiri biaya perjuangan mereka pada Sabtu (2/ 8/2025). Suara kritis ini lantang disuarakan oleh Kurnia Cahyanto, seorang pelatih dan pegiat panahan yang merasakan langsung timpangnya perlakuan tersebut. Pengalamannya bersama tim di ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VIII 2025 di Nusa Tenggara Barat menjadi studi kasus yang menyakitkan. Kurnia menunjukkan bahwa timnya harus berangkat atas biaya sendiri, mulai dari tiket kapal hingga biaya konsumsi selama seminggu di sana.

Kisah ini mengungkapkan dualisme dalam struktur keolahragaan nasional yang berdampak langsung ke daerah. Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) menaungi olahraga rekreasi seperti Fornas, yang secara praktis menciptakan hierarki pengakuan dan alokasi anggaran. Kritik ini menarik respons Ketua KORMI Kota Surabaya, Muhammad Sunar, yang meminta publik untuk bersikap maklum. Menurutnya, KORMI masih dalam fase perjuangan, sama seperti KONI di masa-masa awalnya. Perdebatan ini memperlihatkan bagaimana keberhasilan atlet seringkali menjadi komoditas untuk kepentingan anggaran, dengan atlet sendiri terlupakan. Ironisnya, prestasi luar biasa dari tim panahan Jawa Timur tidak diakui dengan semestinya, tidak hanya dengan bonus dan seremoni, tetapi juga dengan dukungan finansial yang seharusnya diberikan.

Source link