PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) telah meluncurkan Suzuki Fronx di Indonesia pada akhir Mei 2025. Peluncuran ini menandai langkah penting dalam pasar otomotif nasional, dengan lebih dari 200 mitra lokal terlibat dalam pengembangan mobil SUV kompak ini. Selain menawarkan desain dinamis dan fitur modern, Fronx juga menjadi simbol keberhasilan kolaborasi dalam industri otomotif Indonesia. Dengan kontribusi terhadap ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja, pengembangan komponen lokal, dan peningkatan ekspor, Suzuki Fronx bukan hanya sebuah kendaraan inovatif tetapi juga sebuah cermin dari kerja keras dan investasi jangka panjang.
Presiden Direktur PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Minoru Amano, menjelaskan bahwa peluncuran Suzuki Fronx bukanlah reaksi terhadap kondisi pasar saat ini, namun merupakan hasil dari strategi panjang yang telah dipersiapkan. Dengan produksi di pabrik Suzuki Cikarang melalui sistem mixed production, Fronx diproduksi bersama dengan model Ertiga dan XL7, menunjukkan fleksibilitas tinggi dalam produksi mobil. Dukungan dari lebih dari 200 mitra lokal serta investasi lebih dari Rp 1 triliun untuk pengembangan komponen lokal juga menjadi faktor kunci dalam kesuksesan peluncuran ini.
Fitur unggulan Fronx meliputi mesin Boosterjet 1.0L turbocharged, transmisi otomatis 6 percepatan, dan berbagai fitur canggih seperti Head-Up Display, SmartPlay Pro+ infotainment system, enam airbag, serta kamera 360. Selain itu, Fronx juga memenuhi syarat program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) dengan kandungan lokal lebih dari 30 persen, memperkuat komitmen Suzuki dalam mendukung industri otomotif ramah lingkungan.
Dengan harga mulai dari Rp259 juta untuk varian GL hingga Rp321,9 juta untuk varian Dual Tone SGX, Suzuki menargetkan penjualan sebanyak 2.000 unit Fronx per bulan. Melalui pameran di 50 titik di seluruh Indonesia, Suzuki ingin memperluas jangkauan pasar dan menjadikan Fronx sebagai pilihan utama bagi generasi muda dan keluarga urban yang aktif serta ekspresif. Suzuki Fronx bukan hanya sebuah kendaraan, melainkan juga sebuah bukti bahwa kerja keras, investasi jangka panjang, dan kolaborasi lokal dapat menghasilkan produk yang kompetitif dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia.