Eksploitasi Gumuk di Jember Menjadi Ancaman terhadap Lingkungan
Eksploitasi gumuk (bukit pasir vulkanik) di Jember kini menjadi perhatian utama karena dampak negatifnya yang mengancam lingkungan. Sumber daya alam ini terus mengalami kerusakan meskipun sudah lama berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim mikro di wilayah tersebut.
Aktivis Lingkungan asal Jember, Wahyu Giri, mengatakan bahwa pembongkaran gumuk terus berlangsung tanpa henti. Meskipun tidak ada angka pasti mengenai jumlah gumuk yang telah dirusak, Giri menegaskan bahwa proses pembongkaran terus berlanjut.
Penyebab utama pembongkaran tersebut adalah pengambilan batu piring yang terdapat di dalam gumuk untuk keperluan ekspor. Batu piring ini diekspor ke Jepang untuk dijadikan hiasan, meskipun Jepang sebenarnya memiliki batu yang sama tetapi lebih memilih untuk menggunakan batu dari Indonesia.
Dampak dari eksploitasi gumuk ini sangat merugikan, terutama pada sektor pertanian tembakau. Tanaman tembakau kini harus dilindungi dengan waring atau kelambu agar kualitasnya tetap terjaga. Hal ini menunjukkan ketidakadilan iklim karena masyarakat seharusnya mendapatkan manfaat langsung dari iklim mikro yang dijaga oleh gumuk.
Giri menyarankan agar gumuk dimanfaatkan secara ekonomi tanpa harus dirusak, contohnya adalah dengan mengubahnya menjadi objek wisata geologi seperti yang dilakukan di Yogyakarta. Selain itu, ia juga menyoroti perubahan status gumuk dalam Ranperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2024-2044 yang menghilangkan perlindungan terhadap gumuk sebagai cagar geologi unik.
Seharusnya, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan memanfaatkannya secara berkelanjutan harus menjadi prioritas utama. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat melindungi alam dan menghentikan eksploitasi yang merusak lingkungan.