Posisi IPLM di Kabupaten Jember yang sangat rendah menimbulkan kekhawatiran terhadap prioritas pembangunan literasi masyarakat di era kepemimpinan Bupati Jember Hendy Siswanto. Data menunjukkan bahwa Jember menempati posisi kedua terbawah di Jawa Timur dengan angka 37,67 poin, hanya selisih 1,75 poin dari posisi terbawah yang dipegang oleh Kabupaten Probolinggo.
Bandingkan dengan kabupaten tetangga seperti Bondowoso, Lumajang, dan Banyuwangi, Jember jauh tertinggal. Lumajang memiliki angka 53,87 poin, sementara Bondowoso dan Banyuwangi bahkan lebih tinggi dengan masing-masing 64,28 dan 65,58 poin. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menunjukkan ketertinggalan Jember dalam hal pembangunan literasi masyarakat.
Tujuh unsur pembangunan literasi masyarakat termasuk pemerataan layanan perpustakaan, ketercukupan koleksi, ketercukupan tenaga perpustakaan, tingkat kunjungan masyarakat, jumlah perpustakaan ber-SNP, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi/promosi, dan anggota perpustakaan. Jember hanya cukup baik pada bidang pemerataan layanan perpustakaan, sementara unsur lainnya masih jauh dari harapan.
Dr. Asnawan, Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Al-Falah Assunniyyah (UAS) Jember, menyatakan bahwa rendahnya IPLM di Jember ironis mengingat banyaknya perguruan tinggi di daerah tersebut. Dia menegaskan pentingnya melibatkan kampus-kampus dalam pembangunan literasi masyarakat, namun upaya tersebut belum mendapat respons positif dari Pemerintah Kabupaten Jember.
Pembangunan infrastruktur oleh Bupati Hendy dinilai lebih diprioritaskan daripada pembangunan literasi masyarakat. Asnawan menyoroti bahwa pembangunan fisik dianggap lebih monumental daripada pembangunan literasi, padahal literasi juga merupakan bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia. Jember memiliki potensi besar dengan jumlah perguruan tinggi yang tinggi, namun belum dimanfaatkan dengan baik dalam pembangunan literasi masyarakat.