Selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari 2014 hingga 2024, Indonesia mengalami berbagai perubahan di berbagai sektor. Salah satu indikator yang menjadi sorotan utama dalam menilai keberhasilan kebijakan ekonomi Jokowi adalah Indeks Kebebasan Ekonomi. Menurut LSI Denny JA, Jokowi berhasil memperoleh rapor biru dalam indeks ini dengan skor meningkat dari 58,5 pada tahun 2014 menjadi 63,5 pada tahun 2023.
LSI Denny JA mengembangkan cara menilai keberhasilan seorang presiden setelah masa jabatannya berakhir dengan mengolah tujuh indeks dunia dari lembaga internasional kredibel. Presiden selanjutnya setelah Jokowi juga akan dinilai dengan tujuh indeks yang sama, meliputi aspek ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Dari analisis tersebut, Jokowi memperoleh 3 rapor biru, 3 rapor netral, dan 1 rapor merah.
Indeks Kebebasan Ekonomi merupakan pengukuran yang mengevaluasi sejauh mana kebijakan dan institusi suatu negara mendukung kebebasan individu dalam kegiatan ekonomi. Kebebasan ekonomi memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan sosial. Indonesia berhasil meningkatkan skor dalam Indeks Kebebasan Ekonomi selama kepemimpinan Jokowi dengan upaya reformasi di berbagai sektor.
Meski demikian, masih ada tantangan yang harus dihadapi, seperti birokrasi yang lambat dan kompleks. Reformasi yang dipertahankan dan diperdalam diharapkan dapat memperkuat ekonomi Indonesia dan membuktikan negara tersebut mampu menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan prinsip-prinsip kebebasan pasar global.