Pangeran Diponegoro sering kali visualnya ditampilkan dengan mengenakan jubah dan sorban. Visual ini pertama kali dihasilkan oleh Adrianus Johannes Bik, seorang hakim di Batavia yang suka melukis. Saat Pangeran Diponegoro berada di penjara pada April-Mei 1830, Bik melukis potretnya dengan menggunakan pensil di atas kertas. Bik menggambarkan Diponegoro dengan sorban, baju koko, jubah, selempang di bahu kanan, dan keris pusaka di ikat pinggang.
Melalui lukisan Bik, banyak pelukis pribumi kemudian menggambarkan Pangeran Diponegoro dengan jubah dan sorban, seperti Raden Saleh dan Basoeki Abdullah. Meskipun sejarah awalnya mencatat Diponegoro memakai pakaian Jawa, kemudian dia beralih ke sorban dan jubah setelah pertukaran pakaian dengan saudaranya yang keturunan Arab, Ibrahim.
Pemilihan jubah dan sorban oleh Pangeran Diponegoro diduga terkait dengan pengaguman budaya Arab pada saat itu. Banyak orang Jawa mengagumi kebesaran Kekaisaran Turki Utsmani sebagai simbol kekuatan Islam di Timur Tengah. Diponegoro kemungkinan mengadopsi kebiasaan Arab ini sebagai simbol perlawanan terhadap Belanda dan pemimpin spiritual keagamaan.
Sumber: [CNBC Indonesia](https://cnbcindonesia.com/syariah/20240903152856-31-568793/sinergi-kunci-atasi-masalah-modal-hingga-inklusi-perbankan-syariah)
