Pada hari Selasa Kliwon di bulan Suro, warga Desa Berta, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, merayakan tradisi tahunan Sedekah Bumi dengan penuh khidmat dan rasa syukur. Acara ini diwarnai dengan berbagai kegiatan yang dimulai sejak pagi hari, dimana masyarakat Desa Berta berkumpul di jalan desa membawa tenong berisi nasi lengkap dengan lauk-pauk dan makanan khas desa.
Selain hidangan tradisional yang disiapkan, acara ini juga diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan akan kelimpahan panen dan kesejahteraan masyarakat desa. Ritual tanam kepala ayam goreng dan bunga tujuh rupa juga dilakukan dalam acara ruwat bumi, dimana kepala ayam yang telah digoreng diletakkan di kubur sebagai simbol penolak bala.
Acara ini juga menampilkan praktik berebut uang koin dan menebar bunga tujuh rupa, dimana warga desa berlomba-lomba untuk mengambilnya. Menurut Cipto Suroso, salah satu tokoh masyarakat, ritual ini bukan hanya tentang mendapatkan uang koin, tetapi juga sebagai simbol saling berbagi dan mendukung satu sama lain.
Sulastri, salah seorang peserta acara, merasa senang karena berhasil mendapatkan uang koin sebesar Rp 5.000 saat berebut koin. Kepala Desa Berta, Slamet Riyadi, menyatakan bahwa acara ruwat bumi ini sebagai bentuk rasa syukur terhadap kelimpahan rezeki dan hasil panen petani. Acara ini juga diisi dengan berbagai kegiatan seperti tenongan dan pagelaran wayang kulit.
Artikel ini dipersembahkan oleh Iwan Setiawan dan diedit oleh Mahrus Sholih.
