Cuaca panas dan ekstrem telah menjadi penyebab kematian banyak jemaah haji. Lebih dari 1.100 jemaah telah meninggal dunia selama musim haji tahun ini. Menurut AFP, jumlah korban jiwa mencapai 1.119 orang, dengan lebih dari setengahnya berasal dari Mesir.
Pejabat senior Saudi mengungkapkan bahwa pemerintah Arab Saudi telah mencatat 577 kematian dalam dua hari tersibuk musim haji. Kejadian ini terjadi saat jemaah berkumpul di Padang Arafah untuk wukuf dan saat melempar jumrah di Mina. “Ini terjadi di tengah kondisi cuaca buruk dan suhu yang sangat ekstrem,” ujar pejabat tersebut.
Sebanyak 1,8 juta jemaah dari berbagai negara, termasuk Indonesia, menjalankan ibadah haji tahun ini. Setiap tahun, puluhan ribu jemaah mencoba menyeberang secara ilegal karena tidak mampu memperoleh izin resmi yang biasanya memerlukan biaya tinggi.
Bagi jemaah yang meninggal di Tanah Suci, mereka tidak akan dikembalikan ke negaranya. Pemerintah Arab Saudi khawatir tentang kondisi jenazah selama perjalanan. Jenazah jemaah haji yang meninggal akan dimakamkan di berbagai pemakaman, salah satunya adalah Jannat al-Baqi, yang merupakan pemakaman untuk kerabat dan sahabat Nabi di Madinah.
Pembangunan Al Baqi dimulai sejak zaman Kenabian dan telah direnovasi oleh kerajaan Arab Saudi untuk dijadikan tempat istirahat terakhir bagi jemaah haji yang meninggal dunia. Selain Al Baqi, ada juga pemakaman lain seperti Soraya di pinggiran Mekkah dan Arafat yang dibuka sekali setahun.
Gelombang panas yang melanda Arab Saudi telah menyebabkan lonjakan kematian jemaah haji dari berbagai negara. Otoritas Arab Saudi membantu dalam proses administrasi dan pemakaman para jemaah haji yang meninggal dunia.