update berita tentang prabowo subianto humanis,berani dan tegas
Berita  

Lia Istifhama Memberikan Pesan untuk Menghadapi Era Digital dengan Memprioritaskan Kesehatan Mental

Aktivis perempuan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Lia Istifhama, berbicara tentang tantangan era digital. (Foto: Lukman for Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, SURABAYA – Aktivis perempuan Lia Istifhama menganggap tahun 2024 sebagai simbol harapan dan tekad bagi Indonesia untuk melewati tantangan di era digital.

Lia meyakini pemerintah telah siap menyambut revolusi digital pada tahun 2024 mendatang, bukan sebagai penonton melainkan pemain kunci.

Dalam hal ini, di tahun 2023, peluncuran Satelit Republik Indonesia 1 atau SATRIA-1 sebagai bentuk pemerataan infrastruktur digital memperkuat keyakinannya.

“Menyambut era digital 2024, tentu kita semua harus bersiap. Salah satu komponen kesiapan tersebut adalah mental yang harus tertata dan terjaga,” kata Lia kepada media, Minggu (17/12/2023).

Untuk mengimbangi langkah pemerintah, kata Lia, setiap elemen masyarakat harus bergerak. Khususnya, aksi dari generasi muda sangat dibutuhkan.

“Kita berada di persimpangan jalan. Pilihan kita hari ini akan menentukan, apakah kita akan menjadi negara yang unggul di era digital, atau sekadar penonton yang terlena oleh kata-kata tanpa aksi. Dan, berhasil tidaknya kita menuju Indonesia digital, adalah apa kata GenZy. Saat generasi Z beraksi dan berkarya, maka mimpi Indonesia Digital 2024, sangat bisa terwujud,” ujar Caleg DPD RI itu.

Ia juga berpesan agar generasi muda tidak terpental atau kehilangan akal sehat dalam menanggapi beragam konten yang tersaji bebas di berbagai media sosial.

“Menghadapi revolusi digital, kita harus jaga mental, jangan sampai terpental. Dalam arti, digital ini harus diikuti secara bijak. Jangan sampai kita menjadi pengguna media sosial yang hanya memikirkan kepopuleran semata, namun yang ada malah terjebak di dunia maya,” jelasnya.

Menurutnya, menjadikan Indonesia sebagai negara digital bukanlah tugas yang ringan. Terdapat tantangan besar dalam mengubah wacana menjadi implementasi nyata. Hal ini tidak hanya terkait dengan infrastruktur teknologi, tetapi juga pemahaman dan adaptasi masyarakat terhadap teknologi itu sendiri.

“Digitalisasi bukanlah sekadar tren yang berlalu, melainkan jembatan menuju masa depan. Jika kita mampu membuat karya untuk bangsa melalui digital, maka kita bukan lagi konsumen produk teknologi. Melainkan, kita bisa berperan dan membuat keputusan melalui pemanfaatan teknologi,” pungkasnya.

Sumber: SUARA INDONESIA

Pewarta: Lukman Hadi

Editor: Imam Hairon